Saad bin Abi Waqqash

Saad bin Abi Waqqash



Pada perang Uhud, ketika pasukan Islam berhasil diporak-porandakan musuh, Saad termasuk sepuluh orang yang tersisa dan tetap bertahan melindungi Rasulullah ﷺ. Dengan busur dan panahnya, beliau menghalau musuh yang berusahan menyerang Rasulullahﷺ. Di saat-saat genting seperti itu, Rasulullah berseru menyemangati Saad, 
 ارْمِ سَعْدُ ارْمِ ... فِدَاكَ أَبِيْ وَأُمِّيْ! “Bidiklah, Saad! Bidik! Demi ayah bundaku sebagai tebusanmu.” 

Saad menjadikan kata-kata Rasulullah ﷺ ini sebagai kebanggaan seumur hidup. Sebab, Rasulullah ﷺ sampai menyebut kedua orang tuanya sebagai pengorbanan. Di kalangan para sahabat, Saad dikenal sebagai orang yang jago memanah. Bidikannya jarang meleset. Ini berkat doa Rasulullah ﷺ untuk beliau. 

Saad menuturkan, bahwa Rasulullah ﷺ pernah berdoa, اللَّهُمَّ سَدِّدْ رَمْيَهُ وَ أَجِبْ دَعْوَتَهُ “Ya Allah, jadikanlah bidikan anak panahnya jitu dan kabulkan doanya.” Kemudian, Allah mengabulkan doa Rasulullahﷺ tersebut. 
Setiap kali Saad melepas panahnya, pasti tepat mengenai sasaran. Dan juga, setiap kali Saad memanjatkan doa kepada Allah, doanya pasti dikabulkan. Dalam setiap peperangan, beliau mampu mengalahkan lawan. 

Dalam tarikh Islam, tercatat bahwa muslim pertama yang membidikkan anak panah dalam peperangan adalah Saad bin Abi Waqqash. Dan sekaligus, beliau pulalah orang pertama yang terkena panah lawan. 

Saad bin Abi Waqqash hidup hingga usia lanjut. Beliau merupakan sahabat dari kalangan Muhajirin yang meninggal terakhir kali (maksudnya; dari kaum laki-lakinya). Ketika menjelang wafat, beliau mempersiapkan peti simpanannya. Peti itu berisi jubah tua yang dikenakannya dalam perang Badar dahulu. 

Beliau meminta seseorang mengambilkan peti itu dan berpesan, “Bila aku mati, kafanilah aku dengan jubah wol ini. Dulu aku memakainya saat melawan kaum musyrikin pada perang Badar. Dan aku sengaja menyimpannya karena aku ingin menghadap Allah dengan mengenakannya.” 

Semoga Allah meridhai beliau.* 

Foto: busur panah milik Saad bin Abi Waqqash Radhiyallahu'anhu yang terdapat di Museum Madinah Al Munawaroh, -Medina Al Munawara Museum and Al Hijaz Railway Museum- 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ji'ronah

Kehebatan Bermula

Dibersamai Allah